Karena panas dan curah hujan adalah bagian dari kehidupan, keduanya juga mendorong lahirnya dan berkembangnya payung. Kata bahasa Inggris "umbrella" berasal dari kata Italia "umbrella", yang berasal dari kata Latin "umbella", dan kata Latin "umbella" berasal dari "umbra". Kata Latin ini diterjemahkan sebagai bayangan atau bayangan. Sama seperti kata "parasol" yang merupakan gabungan dari kata Perancis "parare" dan "sol", yang berarti "pelindung dari sinar matahari", payung pada awalnya digunakan untuk meneduhkan diri. Etimologi ini tercermin dari bagaimana peradaban kuno menggunakan payung.
Payung peradaban kuno
Saya harus mengagumi kebijaksanaan orang dahulu. Mereka menaruh daun besar di kepala mereka untuk menghindari hujan. Karena dedaunan dapat dilihat di mana-mana dan terbarukan, di kawasan yang selalu hijau, terdapat dedaunan sepanjang tahun. Orang Mesir kuno menggunakan daun palem, bulu, dan papirus yang direntangkan untuk membuat payung. Mereka digantung di kereta saat berbaris di bawah terik matahari Afrika, atau ditempatkan di kepala bangsawan dan tokoh suci oleh para pelayan.
Seperti kita ketahui bersama, para wanita bangsawan Yunani kuno meminta budak wanita untuk memberikan mereka payung, tidak hanya untuk pelindung sinar matahari, tetapi juga sebagai aksesoris fashion. Justru karena keterkaitan antara payung dan perempuan, maskulinitas laki-laki Yunani dipertanyakan apakah mereka dianggap membawa payung.
Tiongkok menggunakan payung dan payung untuk melindungi diri dari terik matahari dan hujan, namun praktik ini juga terbatas pada kalangan atas. Kereta kerajaan dilengkapi dengan banyak payung yang dapat digunakan untuk keperluan praktis dan seremonial.
Ini juga mencatat orang Tiongkok kuno paling awal yang menggunakan payung lipat. Teks tersebut berasal dari 2.400 tahun yang lalu dan mengacu pada payung yang dapat digeser dan ditutup.
Zaman Kegelapan Payung
Catatan payung pada Abad Pertengahan di Eropa sangat jarang ditemukan, dan para sejarawan terkesan dengan hal ini, dan percaya bahwa alat tersebut jarang digunakan (jika ada) di wilayah tersebut. Jubah adalah instrumen yang sering dikutip, dan orang Eropa abad pertengahan menggunakannya untuk menyembunyikan diri saat hujan.
Baru pada abad ke-16 payung disebutkan lagi dalam sejarah Eropa. Namun, pernyataan ini terbatas pada pendeta Katolik Italia.
Payung di Eropa dari abad ke-17 hingga ke-19
Pada abad ke-17, payung dan payung digunakan di Inggris dan Prancis. Agaknya, hal ini disebabkan oleh hubungan antara Eropa dan Asia yang terus berkembang pada momen sejarah ini. Tiongkok dan India tidak pernah berhenti menggunakan alat-alat tersebut, dan budaya kedua negara mulai merambah ke Barat.
Meski ada kavaleri Italia yang berkuda di bawah sinar matahari, namun ada catatan bahwa payung dan payung masih dirawat langsung oleh pelayan.
Selama periode ini, payung merepotkan. Bahan umum yang digunakan untuk membuat payung adalah tongkat kayu atau tulang ikan paus dengan kanopi kanvas berlapis lilin.
Pedagang Paris Jean Marius mempopulerkan payung lipat ringan di Eropa pada tahun 1710. Mekanisme buka tutup mirip dengan payung masa kini. Sepanjang abad ke-18, payung yang didedikasikan untuk hari hujan menjadi semakin umum di Prancis. Pertama, layanan persewaan muncul dan kemudian digantikan oleh semakin banyak toko yang membuat dan menjual payung untuk semua orang.
Baru setelah Jonas Hanway mulai membawa payung di tempat-tempat umum sekitar tahun 1750, Inggris tidak menyingkirkan pandangan kuno tentang payung. Hanwei bersikeras untuk membawa payung tersebut ke tempat yang pernah dikunjunginya, dan akhirnya diterima dan digunakan oleh masyarakat Inggris pada akhir abad ke-18. Reputasinya begitu tinggi sehingga payung yang dibawa seseorang disebut “Hanwei”.
Samuel Fox menemukan payung baja pada tahun 1852, yang memperkuat rangka sekaligus mengurangi berat payung. Kepraktisan yang lebih besar ini telah mendorong popularitasnya yang semakin meningkat. Bapak-bapak juga mulai menyesuaikan payung custom dengan pegangan yang bisa menyimpan barang.
Payung kekinian
Hans Haupt menemukan payung saku yang dapat ditarik pada tahun 1928, yang merupakan inovasi besar pertama dalam payung modern. Haupt mengibaratkan payung saku dengan anak kecil, menyebutnya "knirps" dan bahasa Jerman "tot" atau anak kecil. Knirps akan menjadi identik dengan payung lipat merek Jerman.
Kain nilon menjadi bahan pilihan untuk tenda berbentuk payung pada tahun 1960-an. Payung yang lebih tahan hujan dan cepat kering diproduksi, kemungkinan dengan berbagai warna dan corak.
Akhir abad ke-20 menandai beberapa perubahan halus namun penting dalam desain payung, seperti penggunaan aluminium dan fiberglass serta lapisan Teflon pada rangka payung.
Saat ini, payung dan payung berkembang dengan sehat di seluruh dunia, dan kemajuan teknologi juga terus berkembang. Bentuk dan fungsinya telah diperbaiki. Orang-orang dari semua jenis kelamin dan kelas menggunakan payung atau payung.
Susino menyediakan berbagai macam payung, seperti payung lipat , payung golf besar , payung terbalik , dll. Pabrikan payung terbesar di industri dengan rantai produk paling sempurna.